Siapa Yang Maha Besar


Siapa Yang Maha Besar
Penulis. M Abdi Azzara




Apakah kita pernah berfikir seberapa besar alam semesta yang kita tinggali ini? Berfikir tentang hal tadi sama saja dengan memikirkan zat sang pencipta. Alam semesta sulit untuk diukur, bahkan untuk berkunjung dari satu galaksi ke galaksi lain kita membutuhkan waktu ribuan tahun cahaya. Meskipun begitu tidak ada salahnya jika membiarkan imajinasi memenuhi akal sehat ini, dan semoga nanti dapat menyadarkan bahwa kita manusia  hanyalah butiran debu yang bernafas dan berkembang di antara miliaran ciptaan Tuhan lainya.

            kalau berbicara tentang materi maka alam semesta terdiri dari dua materi yaitu Micro Cosmos dan Macro Cosmos yang pada dasarnya saling terhubung. Atom, molekul, electron, cell, dan sebagainya dikelompokan sebagai microcosmos, sedangkan planet, bintang, matahari, meteor, dan benda langit lainya dikatakan sebagai Macro Cosmos. Dalam ilmu teologis Micro Cosmos merajuk kepada manusia. Meskipun manusia dikategorikan sebagai materi kecil dalam alam semesta tapi keseluruhan potensi yang ada dalam Macro Cosmos berada dalam dirinya. Sesunggunya apa yang ada di langit dan dibumi merupakan ciptaan yang maha besar. Melalui kuasaNya keseluruhan tercipta dan ada. tidak dipungkiri jika apa yang ada di alam semesta adalah satu kesatuan  yang tercipta dari Tuhan yang satu. Seperti hal nya tiga bersaudara yang terlahir dari satu Rahim yang sama.

Alam dan isinya adalah manisfestasi pencipta, maka kita termasuk dari serpihan sang pencipta. Tuhan mempunyai zat yang maha kuasa, melalui zatnya alam semesta ada, maka kita harus yakin jika tiap-tiap benda yang ada di alam semesta  memiliki sedikit partikel dari penciptanya. Timbul pertanyaan dimanakah Tuhan? Tuhan ada dimanapun dan Tuhan ada disetiap ciptaannya. Artinya Tuhan ada pada diri manusia, dalam arti ketika manusia sudah mampu menginplementasikan nilai-nilai keTuhanan tersebut. Tuhan adalah sifat, maka ketika manusia sudah mampu menerapkan sifat pengasih penyayang, pemaaf, dll maka mereka sudah mampu menuju nilai-nilai keTuhanan. Meskipun hanya dalam tataran Micro Cosmos. Semua agama pada dasarnya punya Tuhan yang sama, namun bedanya hanya di agama apa Tuhan itu ada. Bertengkar mengenai agama adalah urusan yang sia-sia, yang jelas manusia jangan sampai salah kepada siapa harus meminta. Umat manapun pasti melakukan ritual sembahyang, berdoa dan lain-lain. Tapi kepada siapa mereka mengirimkannya? Tapi harus yakin jika yang maha pencipta adalah pengasih lagi penyayang. Segala urusan alam semesta dan isinya telah diatur. Dia mengatur segala urusan manusia, meskipun itu bukan dari agama yang menyembahnya. Kalau Tuhan itu jahat mungkin umat yang tidak menyembahnya pasti tidak akan diberi oksigen untuk bernafas.

 Proses penciptaan alam semesta dan isinya berlangsung dalam waktu yang panjang, maka alam semesta punya titik awal dalam penciptaannya dan ada titik akhir untuk pembinasaanya. Pernahkah kita berfikir bahwa ada perihal yang seumur dengan alam semesta ini? Perihal ini yang membalut Micro Cosmos dan Macro Cosmos dalam sebuah dimensi. Entah ini zat entah bukan Zat yang pasti dia ada sejak satu detik dalam proses penciptaan alam semesta. Sesuatu ini kita sebut dengan dimensi waktu, waktu memiliki umur yang sama semenjak alam semesta diciptakan, dan waktu tetap akan  berputar meskipun kita sudah tidak bernyawa. Satu-satunya yang masih berbarengan dengan waktu hingga detik ini adalah Macro Cosmos, atau alam semesta yang kita diami. Berbeda dengan Micro Cosmos seperti salah satunya zat, mereka  lambatlaun pasti akan berubah dan hal ini terjadi secara alamiah.  Fenomena ini kita sebut dengan rekasi kimia yang nantinya mengakibatkan munculnya zat baru. Seperti zat air (H2O), yang dari dulu samapai detik ini masih ada dan tidak berkurang jumlahnya. Air tidak diciptakan begitu saja, melainkan hasil kimiawi dari oksigen dan hydrogen tapi bukan berarti tanpa campur tangan sang pencipta. Alam semesta tercipta melalui ledakan besar dari zat tunggal yang luar biasa besarnya. Kemudian terpencar sehingga membentuk dimensi ruang dan waktu. Tapi kapan zat tunggal ini meledak? Jika kita tahu pastilah ini akan membantu menjawab umur dari alam semesta dan umur dari waktu itu sendiri.

Berbicara tentang waktu maka ini adalah pembahsan yang relative. Pernah mendengar hukum relatifitas waktu? Yaa dimensi ruang punya waktu tersendiri tergantung kecepatan gerak benda dalam dimensi tersebut. Bahkan planet bumi punya perbedaan waktu yang sangat kentara, seperti siang dan malam pada masing-masing belahan bumi. Artinya waktu punya tingkatan, mulai dari waktu masing-masing planet yang mengorbit pada mataharinya, waktu saat sebuah galaksi mengorbit disuatu titik pusat masa alam semesta, dan waktu yang terakhir adalah the king of the time yaitu waktu Tuhan yang tidak memiliki awal dan akhir dan selalu mengambang dan terjadi. Jika anda ingin menyamakan semua waktu yang relative dialam semesta maka anda harus menggunakan waktu yang dimiliki Tuhan. Bagaimana cara menggunakan waktu Tuhan? maka jadilah Tuhan,  artinya ini adalah hal yang mustahil. Jadi sia-sia saja jika mau memperkirakan sejak kapan alam semesta ini ada dan bagaimana proses penciptaannya. Manusia boleh saja meyakini bahwa alam semesta tercipta dari ledakan maha dahsyat yang menyebabkan dimensi ruang angkasa kian mengembang. Tapi jangan sekali-kali berfikir dan menyelidiki apa yang menyebabkan ledakan itu terjadi. Sesungguhnya itu adalah Keterbatasan microcosmos dalam menggunakan otaknya, jika ada manusia yang bisa menggunakan otaknya hingga 100% saya kira dia sudah bisa bertegur sapa dengan Tuhan. Tapi seluruh kecerdasan yang ada dibumi dan langit pada dasarnya adalah milik sang pencipta. Kemudian bagaimana manusia mensiasati keterbatasan dalam berfikir tersebut. Jawabannya adalah Iman, yang dibalut dengan sebuah realigi.

Antara Micro Cosmos dan Macro Cosmos memiliki hubungan yang sulit dijelaskan dengan logika, inilah yang kita sebut dengan teologis. Sesunggunya keseluruhan yang ada dilangit dan dibumi adalah manifesto sang pencipta. Alam semsta menyangkut sebuah perjalanan dari titik awal ke titik akhir, dan pengalaman perjalanan inilah yang kita sebut dengan spiritual. Perjalanan spiritual adalah kontak antara Micro Cosmos dengan Macro Cosmos. Perjalanan ini disebut dengan perjelanan eksterior, yang pada akhirnya menyebabkan manusia lebih terfokus ke apa yang ada diluar dirinya. Bagi manusia-manusia yang telah sampai pada tingkatan spiritual yang paling tinggi maka dia akan melupakan esensinya sebagai manusia. Seuanya hanya karna sang pencipta, saya hidup untuk sang pencipta, dan saya hidup hanya untuk berterimakasih kepada sang pencipta.  Lalu siapakan pencipta kita ? yang jelas itu pasti Tuhan, tapi Tuhan yang mana? Tuhan pun ada dua, Tuhan yang besar dan Tuhan yang kecil, jangan sampai salah dalam mencari Siapa Yang Maha Besar.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apa itu Seni? Sebuah Pendekatan Ontologi

Kampus tidak Selucu itu (Refleksi dan Proyeksi)

Perubahan Fungsi Tradisi Simuntu dalam Kehidupan Masyarakat Koto Gadang VI Koto